Upaya pemerintah mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan untuk komoditas padi terus dilakukan. Berbagai inovasi untuk meningkatkan produktivitas padi dan pencapaian target produksi telah dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), seperti beberapa varietas unggul spesifik lokasi, Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), dan lain-lain. Saat ini salah satu teknologi budidaya padi salibu mulai berkembang di Sumatera Barat dan dicoba di beberapa daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sumatra Selatan, Riau, Aceh, Sumut, Babel, NTB dan daerah lainnya.
Budidaya padi salibu merupakan varian teknologi budidaya ratun, yaitu tunggul setelah panen tanaman utama yang tingginya sekitar 25 cm, dipelihara selama 7-10 hari atau dibiarkan hingga keluar tunas baru. Apabila tunas yang keluar kurang dari 70% maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu. Jika tunas yang tumbuh > 70% maka potong kembali secara seragam hingga ketinggian 3-5 cm, kemudian dipelihara dengan baik hingga panen.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan budidaya padi salibu adalah hemat tenaga kerja, waktu, dan biaya, karena tidak dilakukan pengolahan tanah dan penanaman ulang dan menekan kebiasaan petani membakar jerami setelah panen. Budidaya padi salibu dapat meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu, sehingga dapat meningkatkan indek panen dari sekali menjadi dua sampai tiga kali panen setahun. Jika dibandingkan dengan teknologi ratun konvensional, salibu mampu menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dan seragam, produktivitas bisa sama bahkan lebih tinggi dari tanaman utamanya. Penerapan budidaya padi salibu dengan memanfaatkan varietas berdaya hasil tinggi, tentu akan lebih menggairahkan aktivitas usahatani, karena dapat diperoleh tambahan hasil yang sangat nyata (Erdiman, 2015 komunikasi pribadi).
Beberapa verietas padi yang telah dikaji dan ditanam dengan sistem salibu di beberapa lokasi mampu berproduksi dengan baik, seperti varietas Batang Piaman, Cisokan, Inpari 19, Inpari 21, Logawa dan lain-lain. Menurut Susilawati et al. (2011) beberapa varietas padi hibrida dan padi tipe baru seperti Hipa 3, Hipa 4, Hipa 5, Rokan, dan Cimelati terbukti mampu menghasilkan ratun dengan baik, sehingga mampu menghasilkan tanaman salibu dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan Erdiman (2014), budidaya padi salibu mampu berproduksi sama atau lebih tinggi dibandingkan tanaman utamanya, rata-rata umur padi salibubisa sama atau lebih pendek dari tanaman utamanya.
Lahan Agroekosistem yang dapat digunakan untuk Teknologi Salibu
Lahan Irigasi Desa
Lahan Tadah Hujan
Lahan Pasang Surut
Disusun oleh : Edwin Herdiansyah, SP
Sumber : Balitbangtan
REDAKSI
Tentang KamiKontak