[JAKARTA ] Kementerian Pertanian memberikan solusi pupuk mahal melalui Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik). Gerakan Genta Organik meliputi penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk hayati, penggunaan pembenah tanah, dan pemupukan berimbang.
Adapun tujuan Genta Organik adalah menyuburkan tanah Indonesia untuk meningkatkan produksi pertanian di saat harga pupuk mahal, menerapkan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, menekan biaya produksi pertanian dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan tanah dalam pertanian itu sangat penting dan menjadi kewajiban petani untuk memeliharanya.
"Kalau kesuburan turun, mikroba turun, produksi juga akan turun. Diharapkan produksi meningkat. Caranya satu perbaiki pupuk kita jangan puluk kimia saja. Kita dahului beri makan dan nutrisi tanah dengan pupuk organik, hayati dan pembenahan tanah, " jelas SYL
Diakuinya, tantangan pertanian di masa depan akan selalu ada. Namun, Mentan SYL meyakini jika petani dimekarkan dalam pikirannya untuk pemeliharaan tanah dengan memberikan pupuk organik. "Kompos untuk tanak sangat penting. Kalau pakai pupuk kimia, tidak terlalu banyak,"ujar Mentan.
Hal senada di sampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada arahan Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 04 yang bertemakan pengembangan beras organik, diselenggarakan pada Selasa (24/01/2023) di AOR BPPSDMP.
Pada arahan Ngobras, kepala BPPSDMP mengatakan Peningkatan produktivitas yang signifikan diawali dengan ditemukannya varietas unggul dan pupuk. Kombinasi antara varietas dan pupuk dapat menggenjot produktivitas menjadi lebih tinggi. Saat peningkatan produktivitas terjadi, hama penyakit meledak. Sehingga pestisida berkembang cepat. Semakin lama penggunaan pestisida semakin melejit. Bahan agrokimia terutama pestisida menyebabkan tanah dan air terganggu.
“Penggunaan pupuk ada tendensi yang berlebihan. Penggunaan urea berlebihan dapat menyebabkan tanah lebih masam. Residu pestisida mampu membasmi hama, namun mikroba penyubur tanah juga bisa ikut mati. Residu pestisida saat hujan dapat masuk ke air tanah, sungai, danau dan dapat menyebabkan zooplankton dll ikut mati”. ujar Dedi Nursyamsi
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa penggunaan bahan agrokimia dapat membuat lingkungan tercemar sehingga produktivitas tanaman akan turun kembali. Kita harus bijak menggunakan lingkungan kita. Bumi ini bukan milik kita, bumi ini adalah titipan untuk anak cucu kita. Kita harus menjaga dengan sebaik-baiknya.
“Mari genjot produktivitas pertanian namun jangan membuat lingkungan tercemar. Kita harus bijak menggunakan bahan agrokimia, pestisida, pupuk dan bahan agrokimia yang lain. Caranya adalah dengan menggenjot produktivitas menggunakan bahan organik. Pupuk organik ditambah dengan pupuk hayati maka akan menghasilkan produktivitas yang luar biasa”. jelas Dedi Nursyamsi.
Narasumber Ngobras, Ria Andriani merupakan penyuluh pertanian dinas pertanian kabupaten Garut, Jawa Barat, yang mengembangkan beras organik. Pada paparan materinya, beliau menyampaikan bahwa
Prinsip pertanian organik terdiri atas prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan prinsip perlindungan. Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan
“Dasar pemikiran pengembangan beras organik dikarenakan harga yang lebih murah, tanah subur, tanah sehat, mengurangi serangan hama penyakit, produksi meningkat,harga lebih tinggi dan ketahanan pangan”.ujar Ria Andriani.
Lebih lanjut beliau mengatakan Faktor internal dan eksternal dalam pengembangan beras organik diantaranya faktor internal yaitu meliputi luas lahan padi organik, pengalaman bertani padi organik, produksi padi organik, pelaksanaan tahapan pertanian organik, pencatatan kegiatan usaha tani, ketersediaan modal dan pendapatan. Sedangkan faktor eksternal yaitu meliputi ketersediaan sarana produksi pertanian, ketersediaan mesin penggiling dan tempat penjemuran, mutu beras organik, jaringan pemasaran beras organik, permintaan beras organik, dukungan kelompok tani, dukungan pemerintah, dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan sarana irigasi.
“Adapun budidaya dengan metode sri organik meliputi pengolahan lahan dengan pemberian kompos 7 ton per ha, pemilihan benih bernas, persemaian di darat , pengaturan air dan pengendalian hama terpadu (PHT), pemberian pupuk cair atau MOI, serta pasca panen dan pemasaran”. imbuh Ria Andriani.hvy
REDAKSI
Tentang KamiKontak