Pandemi Corona (COVID-19) yang terjadi di hampir seluruh dunia termasuk Indonesia, telah membawa banyak dampak buruk pada berbagai aspek kehidupan termasuk krisis pangan. Demikian juga perubahan iklim akan menjadi pemicu krisis sosial ekologis yang luas dan intens di dunia. Persoalan menjadi semakin kompleks karena krisis sosial ekologis yang timbul tidak tersebar merata. Negara-negara miskin lebih rentan terhadap risiko perubahan iklim dibanding negara-negara maju. Bisa juga negara pengekspor bahan pangan akan tidak mau melepas produknya untuk negara pengimpor, oleh karena itu maka harus disikapi. Untuk itu perlu penguatan sistem pangan lokal sampai pada tingkat masyarakat. Dalam berbagai kondisi apapun diharapkan masyarakat adaptif dengan sistem pangan lokal sesuai keragaman potensi daerah setempat. Strategi pengembangan pangan lokal diantaranya, adalah:
(a) pengembangan produksi pangan lokal sesuai keragaman potensi masing-masing daerah,(b) pengembangan berbagai produksi pangan lokal sebagai bahan baku industri olahan pangan,(c) penguatan agroindustri lokal,(d) melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi pangan lokal bagi pemenuhan pangan dan gizi keluarga serta dalam rangka penguatan ekonomi daerah dan Nasional.
Saat pandemik covd-19 merupakan waktu yang tepat untuk mempromosikan pangan lokal dan pengembangan ekonomi lokal. Sudah saatnya kita membiasakan perilaku mengkonsumsi pangan lokal, menggerakkan ekonomi lokal dengan memanfaatkan lahan yang ada untuk berproduksi, dan mencintai produksi dalam negeri.
Ketahanan pangan bisa tercapai jika bersinergi dan beriringan dengan ketahanan iklim. Dalam era new normal ini seluruh dunia perlu untuk mendahulukan program ketahanan pangan, energi, dan air sebaga kebutuhan dasar manusia.
Komoditas pangan lokal yang potensial dikembangkan diantaranya Umbi-umbian, jagung, sorghum, tanaman kacang kacangan,dan sebagainya. Umbi umbian juga ada beberapa macam jenisnya seperti singkong (ubi kayu), ubi jalar, kentang, gadung, uwi, talas/suweg, porang, ganyong, garut. Tanaman umbi-umbian sumber pangan alternatif yang mengandung karbohidrat, protein, serat, vitamin dan mineral. Demikian juga sorgum.
Menurut Marcia B.P., Nov. 2022 ,Berdasarkan jenisnya, tanaman sorgum diklasifikasikan kedalam empat golongan yaitu: a. Sorgum biji (grain sorghum), penampilan tanaman relatif pendek, yang digunakan sebagai makanan pokok di daerah tropis .b. Sorgum manis (sorgo/sweet sorghum) yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan minuman beralkohol, sirup, etanol dan pakan ternak.c. Sorgum sapu (broom sorghum) yang digunakan sebagai bahan industry sapu/sikat, dan d. Sorgum rumput (grass sorghum) yang digunakan sebagai pakan ternak antara lain Sudan Grass dan Johnson grass (VASAT, 2008 dan U.S. Grains Council, 2008).
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) :adalah tanaman C4 yang produktif mengikat CO2 menjadi gula, seperti halnya tebu dan jagung. Saat ini banyak varitas sorgum dikembangkan sesuai tujuannya, baik sebagai bahan pangan, pakan, ataupun bioenergi/biofuel
Sorghum Biji :a.Tumbuh dengan beragam ukuran biji, warna dan bentuk, b.Untuk tepung bahan pangan,c.Pakan ternak (unggas), Bioethanol berbasis pati
Sorghum Hijauan :Dikembangkan khusus untuk rumput ternak, silase; Dapat dimanfaatkan juga untuk bioethanol berbasis selulosa
Sorghum Biomasa :a.Tumbuh sangat tinggi untuk memaksimalkan biomasa, b.Untuk biopower/bahan bakar biomasa, c.Bioethanol berbasis selulosa
Sorghum Manis :a.Dikembangkan untuk menghasilkan juice/nira yang banyak dan berkadar gula tinggi, b.Dimanfaatkan sebagai bahan pangan (syrup sorghum), c.Bioethanol berbasis nira/dan pati
Budidaya sorghum bisa sepanjang tahun Tergantung tujuan pengembangan sorgum :Kalau untuk kebutuhan biomas (misisalnya. untuk pakan bisa sepanjang tahun;Kalau menginginkan biji, hindari panen biji pada musim hujan utamanya puncak hujan karena biji akan segera berkecambah bahkan sebelum matang fisiologis biji, ada wilayah yang tidak bisa panen 3x; Untuk kondisi agroekosistem yang memungkinkan untuk budidaya sorgum sepanjang tahun pada lahan kering adalah NTT dan NTB.
Panen bisa dilakukan pada umur 80-90 hst Jika untuk kebutuhan biomas (pakan)
sehingga bisa panen biomas 3 kali dalam setahun dengan catatan panen kedua dan ketiga memanfaatkan ratun yang dipelihara dengan baik; Jika yang diinginkan adalah biji (sorgum pangan) atau nira (sorgum manis), NTT dan NTB bisa panen 3 kali juga dengan syarat panen kedua dan ketiga memanfaatkan ratun yang dipelihara dengan baik. Di luar NTT dan NTB yang memiliki periode curah hujan yang lebih panjang panen bisa dilakukan 2x dalam setahun.
Kadar gula dalam nira batang sorgum manis tinggi pada saat matang fisiologis biji + 10 hari setelah panen malai (biji), jadi panen bisa bersamaan jika tenaga kerja memungkinkan atau sudah berbasis mekanisasi.Jika tenaga kerja terbatas maka bisa dilakukan panen malai terlebih dahulu kemudian segera disusul panen nira (batang). Kadar gula di dalam batang dapat meningkat karena daun masih segar (hijau) sehingga proses fotosisntesis masih berjalan terus.
Namun, hindari panen nira setelah lebih dari 10 hari panen biji karena kadar gula akan turun disebabkan tunas mulai keluar yang membutuhkan banyak energi sehingga akan menyedot gula yang ada di dalam batang.
Kesimpulan
Kalau mau mengembangkan tanaman sorgum, perlu diingat tujuannya untuk apa, karena ada banyak varietas sorgum dikembangkan sesuai tujuannya, baik sebagai bahan pangan, pakan, ataupun bioenergi/biofuel. Demikian pula dalam pengelolahan hasil produksi tanaman sorgum dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk menghasilkan produk sehingga nilai jual tanaman sorgum meningkat.
Yulia Tri S
yuliatrisedyowati@gmail.com
Pustaka: